Pengen tau,.. seberapa penting nya pendidikan????,.. Baca yukkzzz!
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya,
pendidikan adalah suatu proses yang berlangsung kontinyu atau berkesinambungan,
berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang diemban oleh pendidikan Islam
adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini
bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik
yang senantiasa tumbuh berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai
hayatnya.
Bila pendidikan
dipandang sebagai proses, maka proses tersebut pastilah akan berakhir pada
tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan. Demikian pula dengan
pendidikan. Tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya
merupakan suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi
manusia yang diinginkan. Nilai-nilai ideal yang hendak dicapai tersebut perlu
dirumuskan dalam bentuk tujuan pendidikan dalam perencanaan kurikulum
pendidikan sebagai dasar operasional pelaksanaan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1.
Pengertian
Pendidikan Islam
2.
Tujuan
Pendidikan Islam
3.
Fungsi
Tujuan Pendidikan Islam
4.
Tingkat
Tujuan Pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendidikan Islam
Kata pendidikan,
dalam bahasa yunani, dikenal dengan paedagogos yang
berarti penuntun anak. Dalam bahasa Romawi dikenal dengan educare, artinya
membawa keluar (sesuatu yang ada di dalam). Bahasa belanda menyebut istilah
pendidikan dengan nama opvoeden, yang berarti membesarkan atau mendewasakan,
atau voden artinya memberi makan, dalam
bahasa inggris disebutkan dengan istilah education, yang berarti to give
moral and intellectual training artinya menanamkan moral dan melatih
intellectual (Noeng Muhadjir, 1993:15).
Pendidikan yaitu usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq muliya,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan Islam adalah segala usaha
untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya
manusia seutuhnya (insan kamil), sesuai dengan norma Islam.
Kebutuhan manusia akan pendidikan
merupakan suatu yang sangat mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan.
John Dewy (dalam Zakiyah Daratjad, 1982:1) menyatakan bahwa pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan mempersiapkan
pribadinya agar hidup disiplin.
Firman Allah SWT dalam surah al-Mujadalah ayat 11 :
يَرْفَعِ اللهُ
الَذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَاّلَذِيْنَ اُوْتُواالْعِلْمَ دَرَجَتٍ
Artinya
: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat". (QS. Al-Mujadalah: 11)
B. Tujuan
Pendidikan Islam
Istilah “tujuan” secara etimologi
mengandung arti arah, maksud, haluan. (Zakiyah Darajat, 1992. Dalam Armai
Arief, 2012 : 15). Dalam bahasa Arab : tujuan : di istilahkan dengan : Ghayt,
Ahdf atau Maqashid. Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan
dengan : Goal, Purpose, Objet tivet atau Aim:. Secara terminologi, tujuan berarti : sesuatu yang
diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai : (Marimba, 1987
: 45).
Tujuan merupakan standar usaha yang
dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik
pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Disamping itu, tujuan dapat
membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan,
dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi pada
usaha-usaha pendidikan.[1]
Kalau kita melihat kembali pengertian
pendidikan Islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud
setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian
seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola taqwa insan kamil,
artinya manusia utuh rohani dan jasmaninya. Rohani utuh dapat hidup berkembang
secara wajar dan normal karena taqwa kepada Allah swt. Ini mengandung arti
bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi
dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan
ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat
mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini, untuk
kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti.
Melihat posisi sentral manusia dalam
proses pendidikan yang melibatkan potensi fitrah, cita rasa ketuhanan dan
hakikat serta wujud manusia menurut pandangan Islam, maka tujuan pendidikan
Islam adalah aktualisasi dari potensi-potensi tersebut. Karena potensi yang ada
merupakan nilai-nilai ideal yang dalam wujud implementasinya akan membentuk
pribadi manusia secara utuh dan mandiri.
Mengapa manusia
harus di didik atau mendidik?[2]
1.
Anak
manusia lahir tidak dilengkapi insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan
diri dalam menghadapi lingkungan.
2.
Anak
manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara
tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.
3.
Awal
pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani (anak
dapat berjalan sendiri, dapat makan sendiri, dapat menggunakan tangan sendiri)
atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani.
Muhammad Fadhil al-Jamali merumuskan
tujuan pendidikan Islam dengan empat macam yaitu :
1. Mengenalkan
manusia akan peranannya diantara sesama titah makhluk dan tanggung jawabnya di
dalam hidup ini.
2. Mengenalkan
manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya di dalam tata hidup bermasyarakat.
3. Mengenalkan
manusia akan alam dan mengajak mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya
serta memberi
kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat darinya.
4. Mengenalkan
manusia akan pencipta alam (Allah) dan menyuruh beribadah kepadaNya[3].
Mukhtar Yahya merumuskan tujuan
pendidikan Islam dengan sederhana sekali, yaitu memberikan pemahaman
ajaran-ajaran Islam pada peserta didik dan
membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana misi Rasulullah SAW. Sebagai
pengemban perintah menyempurnakan akhlaq manusia, untuk memenuhi kebutuhan kerja (QS. An-Nahl: 97, al-An’am :
132) dalam rangka menempuh hidup bahagia dunia dan akhirat (QS. al-Qashas: 77).
Dari beberapa
rumusan tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
“terbentuknya insan kamil yang didalamnya memiliki wawasan khaffah agar mampu
menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi. Sabda Nabi
SAW:
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُ تَمِمَ
مَكَا رِ مَ الْاَخْلاَقْ: قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم عن ابي هر يرة رضي الله عنه قال
Artinya “Dari Abu Hurairah Radliyallahu 'Anhu (semoga Allah
meridlainya) ia berkata, bahwa Rasulallah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah
bersabda: "Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan
akhlak (manusia).
Tujuan
akhir pendidikan Islam terletak dalam perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik
secara pribadi, komunitas maupun seluruh umat manusia. Secara analitis tujuan
pendidikan Islam yang ingin diwujudkan Nampak pada tujuan akhir (Ultimate
aims of education).[4]
C. Fungsi
Tujuan Bagi Pendidikan Islam
1. Mengakhiri
usaha
2. Mengarahkan
usaha
3. Merupakan
titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik tujuan-tujuan baru maupun
tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan utama
4. Memberikan
nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.[5]
Pada tataran konseptual-normatifnya,
nilai-nilai yang perlu dikembangkan di dalam tujuan pendidikan Islam adalah
nila-nilai yang bersifat fundamental, seperti nilai-nilai sosial, ilmiah, moral dan agama. Pendidikan
menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek
lingkungan hidup yang dapat memberikan informasi paling berharga mengenai
pegangan hidup masyarakat umat manusia, serta membantu peserta didik dalam
mempersiapkan kebutuhan yang esensial dalam menghadapi perubahan. Kalau mengutip
beberapa pandangan tokoh pendidikan Islam yang meformulasikan tentang tujuan
pendidikan Islam seperti Omar Muhammad at-Toumy as-Syaibani yang mengatakan
bahwa tujuan pendidikan Islam adalah perubahan yang diingini, yang diusahakan
dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada
tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta
pada alam sekitar di mana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu
sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai proporsi
di antara profesi asasi dan sebagai proporsi di antara profesi asasi dalam
masyarakat.[6]
D. Tingkatan Tujuan Pendidikan
Dilihat dari
ilmu pendidikan teoritis, tujuan
pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya intermediair (sementara), yang dijadikan
batas sasaran kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat
tertentu, untuk mencapai tujuan akhir.
Berbagai tingkat
tujuan pendidikan yang dirumuskan secara teoritis itu bertujuan untuk
memudahkan proses kependidikan melalui tahapan yang makin meningkat (progresif)
ke arah tujuan umum atau tujuan akhir.
Dalam sistem
operasionalisasi kelembagaan pendidikan, tujuan-tujuan tersebut ditetapkan
secara berjenjang dalam struktur program instruksional, sehingga tergambarlah
klasifikasi gradual yang semakin meningkat. Bila dilihat dari pendekatan sistem
instruksional tertentu, pendidikan Islam bisa dibagi dalam beberapa tujuan,
yaitu sebagai berikut :
1.
Tujuan
instruksional khusus (TIK), diarahkan pada setiap bidang studi yang harus
dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
2.
Tujuan
instruksional umum (TIU), diarahkan pada penguasaan atau pengamalan suatu
bidang studi secara umum atau garis besarnya sebagai suatu kebulatan.
3.
Tujuan
kurikuler, yang ditetapkan untuk dicapai melalui garis-garis besar program
pengajaran di tiap institusi pendidikan.
4.
Tujuan
institusional, adalah tujuan yang harus dicapai menurut program pendidikan di
tiap sekolah atau lembaga pendidikan tertentu secara bulat seperti tujuan
institusional SLTP/SLTA.
5.
Tujuan
umum atau tujuan Nasional adalah cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai
melalui proses kependidikan dengan berbagai cara atau sistem, baik sistem formal (sekolah),
sistem non formal (non klasikal dan non kurikuler), maupun sistem informal
(yang tidak terkait oleh formalitas program, waktu, ruang dan materi)[7].
Menurut Ibnu
Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid Irsan al-Kailani, tujuan
pendidikan Islam tertumpu pada empat aspek, yaitu:
1.
Tercapainya
pendidikan tauhid dengan cara mempelajari ayat-ayat Allah SWT, dalam wahyuNya
dan ayat-ayat fisik (afaq) dan psikis (anfus).
2.
Mengetahui
ilmu Allah SWT. Melalui pemahaman terhadap kebenaran makhlukNya.
3.
Mengetahui
kekuatan (qudroh) Allah melalui pemahaman jenis-jenis, kuantitas, dan
kreatifitas makhlukNya.
4.
Mengetahui
apa yang diciptakan Allah SWT, (sunnah Allah) tentang realitas (alam) dan
jenis-jenis pelakunya.
Abd al-Rahman
Sholeh Abdullah dalam bukunya, Educational Theory a quranic Outlook,[8]
menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat
dimensi, yaitu:[9]
1.
Tujuan
pendidikan jasmani (al-Ahdaf al-Jismiyah)
Mempersiapkan diri
manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi, melalui
keterampilan-keterampilan fisik. Ia berpijak pada pendapat dari Imam Nawawi
yang menafsirkan “al-qawy” sebagai kekuatan imam yang ditopang oleh kekuatan
fisik (QS. Al-Baqarah: 274, al-Anfal: 60).
2.
Tujuan
pendidikan rohani (al-Ahdaf al-Ruhaniyah)
Meningkatkan jiwa
dari kesetiaan yang hanya kepada Allah SWT, semata dan melaksanakan moralitas Islami
yang diteladani oleh Nabi SAW, dengan berdasarkan pada cita-cita ideal dalam
al-Qur’an (QS. Ali Imran:10). Indikasi pendidikan rohani adalah tidak bermuka
dua (QS. Al-Baqarah: 10), berupaya memurnikan tidak menyucikan diri manusia
secara individual dari sikap negatif (QS. Al-Baqarah: 126) inilah yang disebut
dengan tazkiyah (purification) dan hikmah (wisdom).
3.
Tujuan
pendidikan akal (al-Ahdaf al-Aqliyah)
Pengarahan
intelegensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah
tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat-ayat-Nya yang
berimplikasi kepada peningkatan iman kepada Sang Pencipta. Tahapan pendidikan
akal ini adalah:
a.
Pencapaian
kebenaran ilmiah (ilm al-yaqin) (QS. Al-Takatsur: 5).
b.
Pencapaian
kebenaran empiris (ain al-yaqin) (QS. Al-Takatsur: 7).
c.
Pencapaian
kebenaran metaempiris atau mungkin lebih tepatnya sebagai kebenaran filosofis
(haqq al-yaqin) (QS. Al-Waqi’ah: 95).
4.
Tujuan
pendidikan sosial (al-Ahadaf al-Ijtimaiyah)
Tujuan pendidikan
sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi bagian dari
komunitas sosial. Identitas individu disini tercermin sebagai “an-Nas” yang
hidup pada masyarakat yang plural (majemuk).
Muhaimin (1993:
164-166) memberikan tiga fokus tentang tujuan pendidikan Islam, yaitu pertama,
terbentuknya insan kamil (manusia universal) yang mempunyai
wajah-wajah Qur’ani seperti wajah kekeluargaan, persaudaraan, wajah yang penuh
kemuliaan, wajah yang kreatif, wajah yang menumbuhkan integralisme sistem Ilahi
ke dalam sistem insaniah dan sistem kauniyah wajah keseimbangan
yang menumbuhkan kebijakan dan kearifan. Kedua terciptanya insan kaffah
yang memiliki dimensi-dimensi religius, budaya dan ilmiah. Ketiga,
penyadaran fungsi manusia sebagai hamba, khalifah Allah, serta sebagai warasah
al-anbiya’ dan memberikan bekal yang
memadai dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut.[10]
Dalam konsepsi
Islam, pendidikan berlangsung sepanjang hayat (long life education).
Oleh karena itu, tujuan akhir pendidikan harus terefleksi sepanjang kehidupan
manusia. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam pada dasarnya sejajar dengan
tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai makhluk Allah.
اُطْلُبُ آٌلعِلْمَ مِنَ آٌلمَهْدِ اِلَى آلَحْدِ
Artinya “Belajarlah (carilah ilmu) sejak engkau
dalam buaian (ayunan) sampai ke liang lahat”.
BAB
III
KESIMPULAN
Dapat kita pahami
bahwa tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis,
tetapi tujuan itu merupakan keseluruhan dari kepribadian seseorang berkenaan
dengan seluruh aspeknya. Berbicara tentang tujuan pendidikan memang tidak akan
pernah lepas dari pembahasan mengenai tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan
adalah salah satu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara
kelangsungan hidupnya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat (Hasan Langgulung,
1993: 305).
Dengan demikian
bahwa hakikat pendidikan Islam tersebut konsep dasarnya dapat dipahami dari
al-Qur’an dan sunnah Nabi. Konsep operasionalnya dapat dipahami, dianalisis dan
dikembangkan dari proses pembudayaan, pewarisan dan pengembangan ajaran agama,
budaya dan peradaban Islam dari generasi ke generasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Daradjat,
Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008
Mujib,
Abdul, Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Media
Group, 2008.
Umiarso,
Haris Fathoni Makmur. Pendidikan Islam Dan Krisis Moralisme Masyarakat
Modern. Yogyakarta: IRCiSoD, 2010.
Yasin,
Fatah. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang Press, 2008.
Mudyahardjo,
Redja. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
[1]
Ahmad D. Marimba,
Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung : al-Ma’arif, 1989), 45-46.
[2]
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), 33.
[3] Muhammad Fadhil al-Jamali, Filsafat
Pendidikan Dalam al-Qur’an, terjemah Judial Falasani, (Surabaya : Bina
Ilmu, 1986), 3.
[4]
Azzyumardi Azra. Pendidikan
Islam : Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. (Ciputat : PT. logos
Wacana Ilmu. 2002), 57.
[5]
Ddjamaluddin Dan Abdullah
Aly. Kapita Selekta Pendidikan…… 14.
[6] Umiarso Dan
Haris Fathoni Makmur, Pendidikan Islam Dan Krisis Moralisme Masyarakat
Modern (Yogyakarta: IRCiSoD, 2010), 59.
[7]H.M.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 27.
[8] Abd
al-Rahman Shaleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an,
Terj. Arifin HM, Judul asli: Educational Theory: a Qur’anic Outlook,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 138-153.
[9] Abdul Mujib
Dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group,2008), 79.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar