Manajemenn dalam Supervisi Pendidikan Model Klinis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan di
Indonesia, perkataan supervisi belum begitu populer. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga
sekarang orang lebih mengenal kata “inspeksi” daripada supervisi. Pengertian
“inspeksi” sebagai warisan Belanda dulu, cenderung kepada pengawasan yang
bersifat otokratis, yang berarti mencari kesalahan-kesalahan guru dan kemudian
menghukumnya. Sedangkan supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis.
Dalam
pelaksanaannya supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru atau pegawai
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana
cara-cara memperbaiki proses belajar-mengajar. Jadi dalam kegiatan supervisi,
guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan
sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat dan
pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutitsertakan
di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Supervisi Klinis
2. Tujuan Supervisi Klinis
3. Ciri-ciri Supervisi Klinis
4. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis
5. Tahap-tahap Supervisi klinis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi Klinis
Istilah
supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari
dua akar kata, yaitu super yang artinya “di atas” dan vision mempunyai arti
“melihat”, maka secara keseluruhan
supervisi diartikan sebagai “melihat dari atas”[1].
Dengan pengertian itulah maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan di
atas atau lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.
Jadi supervisi mempunyai
pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang
tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya
di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan
kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan
dalam usaha dan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran,
pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik,
cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran,
dan sebagainya.
Dengan kata lain supervisi ialah “suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”[2].
Secara umum supervisi klinis
diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru
berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini
meliputi perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian
hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajar yang nyata.
Supervisi klinis adalah suatu
bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada calon guru berdasarkan
kebutuhannya melalui siklus yang sistematik dalam perencanaannya, observasi
yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian balikan dengan segera dan obyektif
tentang penampilan mengajarnya yang nyata, untuk meningkatkan ketrampilan
mengajar dan sikap profesional calon guru itu. Melalui latihan mengajar dengan
supervisi klinis tersebut (calon) guru dibantu mengembangkan dirinya agar
kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dan tingkah laku mengajar
yang ideal makin lama makin mengecil.
Rendah
dan terpuruknya sistem pendidikan kita dewasa ini sudah sama-sama kita maklumi.
Demokrasi pendidikan, keterbukaan, desentralisasi, otonomisasi, dan sebagainya
dalam , menyelenggarakan pendidikan secara resmi dan normatif sudah pula kita
sosialisasikan secara meluas. Tampaknya, lagi-lagi demokrasi tidak dapat
berlaku dalam masyarakat yang budaya akademiknya masih rendah (masih
ketinggalan) dan sumber daya manusia (SDM) nya belum berpendidikan tinggi
Dari segi lain, meskipun di dalam
supervisi klinis ini dipergunakan kata “Klinis”, tidaklah dimaksudkan hanya
terbatas pada usaha perbaikan atau remedi terhadap kekurangan atau kesalahan
calon guru saja dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Supervis klinis
bertujuan membimbing mahasiswa calon guru membentuk berbagai ketrampilan
mengajar, menyempurnakan berbagai kekurangan-kekurangan serta mengembangkan
ketrampilan mengajar itu selanjutnya.
Richard Waller memberikan
definisi tentang supervisi klinis sebagai berikut “Supervisi klinis adalah
supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang
sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang
intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan
modifikasi yang rasional. [3]
Keith Acheson dan Meredith
D.Gall, mengemukakan bahwa “ Supervisi klinis adalah proses membantu guru
memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar yang
nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal”.[4]
Supervisi
dipergunakan untuk sebuah lembaga pendidikan. Sebgaimana kit a ketahui
pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah
segala situasi yang hidup mempengaruhi pertumbuhan individu.[5]
Jika dikaji berdasarkan istilah dalam “klinis”,
mengandung makna: (1) Pengobatan (klinis) dan (2) Siklus, yaitu serangkaian
kegiatan yang merupakan daur ulang. Oleh karena itu makna yang terkandung dalam
istilah klinis merujuk pada unsur-unsur khusus, sebagai berikut:
1. Adanya
hubungan tatap muka antara pengawas dan guru didalam proses supervisi.
2. Terfokus
pada tingkah laku yang sebenarnya didalam kelas.
3. Adanya
observasi secara cermat.
4. Deskripsi
pada observasi secara rinci.
5. Pengawas
dan guru bersama-sama menilai penampilan guru.
6. Fokus observasi sesuai dengan permintaan kebutuhan guru.
Supervisor
bertugas untuk memberikan motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan
(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya
dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu
itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi
ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks
belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi
Di
dalam supervisi klinis, bimbingan diberikan atas prakarsa calon guru,
diobservasi dan dianalisis bersama untuk menemukan cara-cara yang tepat untuk
menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang masih ada dalam suatu ketrampilan
mengajar yang dilatihkan itu, untuk dilatihkan berikutnya, dan seterusnya. Pengertian Klinis” di dalam supervisi klinis, menekankan
bahwa bimbingan itu antara lain :
1)
Dilaksanakan dalam suatu hubungan
tatap muka antara supervisor dan calon guru yang intim dan terbuka.
2)
Terpusat pada kebutuhan / kesatuan (concern) calon guru.
3)
Observasi dilakukan secara langsung dan cermat.
4)
Data observasi terpusat pada tingkah laku calon guru sewaktu
mengajar dan dideskripsikan secara rinci.
5)
Analisis dan interpretasi data hasil observasi dilakukan secara
bersama, serta berlangsung sebagai pemberian bantuan, bukannya instruksi.
B. Tujuan Supervisi Klinis
Mengajar merupakan suatu
pekerjaan yang rumit dan kompleks, utamanya bagi seorang mahasiswa calon guru.
Pada latihan mengajar, perhatian calon guru harus tertuju pada dua hal, yakni
(1) agar murid yang diajarkannya itu memang belajar sesuatu, dan (2) calon guru
itu sendiri sedang belajar-mengajar. Ada dua macam tujuan supervisi klinis
yaitu :
1. Tujuan umum
Secara umum Supervisi klinis
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di
kelas. Dalam masalah ini supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan
kemampuan professional guru.
2. Tujuan khusus
Secara khusus Supervisi klinis
bertujuan untuk:
1)
Menyediakan suatu
balikan yang objektif dalam kegiatan mengajar yang dilakuakan guru dengan berfokus
terhadap kesadaran dan kepercayaan diri dalam mengajar serta keterampilan-keterampilan
dasar mengajar yang diperlukan.
2)
Mendiagnosis dan
membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran.
3)
Membantu guru
mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi pembelajaran.
4)
Membantu guru
mengembangkan diri secara terus menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.
C. Ciri-ciri Supervisi Klinis
1. Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat
bantuan, bukan perintah atau instruksi.
2. Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan
oleh guru atau calon guru yang akan
disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan
supervisor.
3. Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai
keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada
beberapa keterampilan tertentu saja.
4. Instrument supervisi dikembangkan dan disepakati
bersama antara supervisor dan guru berdasarkan kontrak.
5. Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif
(sesuai dengan data yang direkam oleh instrument observasi).
6. Meskipun supervisor telah menganalisis dan
menginterpretasi data yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi
atau pertemuan balikan guru/calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis
penampilannya.
7. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan
daripada memerintah dan mengarahkan.
8. Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan
terbuka.
9. Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi
perencanaan, observasi, dan diskusi/pertemuan balikan.
10.
Supervisi
klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan
ketrampilan mengajar, di pihak lain dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan
maupun dalam jabatan (preservice dan inservice education).
D. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis
Terdapat sejumlah prinsip umum
yang menjadi acuan di dalam pelaksanaan supervisi klinis, yang menjadi pedoman
baik bagi supervisor maupun mahasiswa calon guru. Beberapa prinsip umum yang
menjadi landasan supervisi klinis tersebut diantaranya:
1.
Hubungan antara supervisor dan calon guru adalah hubungan
kolegial yang sederajat dan interaktif. Dengan hubungan kolegial antara tenaga
profesional yang lebih berpengalaman dan yang kurang berpengalaman memungkinkan
suatu dialog yang interaktif dalam suatu suasana yang intim dan terbuka, dan bukannya
hanya pengarahan atau instruksi dari supervisor saja.
2.
Pertemuan/diskusi antara supervisor dan calon guru adalah
permusyawaratan yang demokratik, baik pada perencanaan latihan maupun pada
pengkajian balikan dan tindak lanjut. Suasana demokratik itu dapat terwujud
kalau kedua belah pihak dengan bebas mengemukakan pendapat dan tidak
mendominasi pembicaraan, serta memiliki sifat keterbukaan untuk mengkaji semua
pendapat yang dikemukakan di dalam pertemuan tersebut, dan pada akhimya
keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama pula.
3.
Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi mahasiswa
calon guru, serta tetap berada di dalam kawasan (ruang lingkup) tingkah laku
guru dalam mengajar di dorong aktual. Dengan prinsip ini, mahasiswa calon guru
didorong untuk menganalisis kebutuhan dan aspirasinya di dalam uasaha
mengembangkan dirinya.
4.
Pengkajian balikan dilakukan berdasarkan data observasi yang
cermat yang didasarkan atas kontrak, serta dilaksanakan dengan segera. Dan
hasil analisis balikan itulah ditetapkan rencana selanjutnya.
5.
Mengutamakan prakarsa dan tanggung jawab mahasiswa calon guru
baik pada tahap perencanaan, pengkajian balikan, bahkan pengambilan keputusan
dan tindak lanjut. Dengan mengalihkan sedini mungkin prakarsa dan tanggung
jawab itu ke tangan mahasiswa calon guru diharapkan pada gilirannya kelak di
lapangan akan tetap mengambil prakarsa untuk mengembangkan dirinya.
E.
Tahap-Tahap Suipervisi
Klinis
Langkah-langkah dalam supervisi klinis
melalui tiga tahap pelaksanaan sebagai berikut :
1.
Pertemuan awal (tahap
awal supervisi klinis)
Dalam tahap ini supervisor dan
guru bersama-sama membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan
dilaksanakan. Pada tahap ini beberapa hal
yang harus diperhatikan adalah menciptakan suasana yang intim dan terbuka,
mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media,
evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran,
menentukan fokus obsevasi, menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan
menentukan teknik pelaksanaan obeservasi. Suatu komunikasi yang efektif dan
terbuka diperlukan dalam tahap ini guna mengikat supervisor dan guru sebagai
mitra didalam suasana kerja sama yang harmonis. Melalui percakapan awal ini guru
mengharapkan agar supervisor sendiri melihat situasi pada saat dia mengajar.
2.
Observasi
Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain: harus luwes tidak mengganggu proses pembelajaran, tidak bersifat
menilai, mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran
sesuai kesepakatan bersama, dan menentukan teknik pelaksanaan observasi. Kunjungan
dan observasi yang dilaksanakan supervisor bermanfaat untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran sebenarnya. Manfaat observasi tersebut antara lain
dapat Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam
melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut serta dapat Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
suatu gagasan pembaharuan pengajaran
3. Pertemuan Terakhir (tahap akhir supervisi klinis)
Pada tahap ini beberapa hal yang
harus diperhatikan antara lain: memberi penguatan; mengulas kembali tujuan
pembelajaran; mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, mengkaji
data hasil pengamatan, tidak bersifat menyalahkan, data hasil pengamatan tidak
disebarluaskan, penyimpulan, hindari saran secara langsung, dan merumuskan
kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan. Pertemuan yang harus dilakukan dengan segera sesudah
latihan mengajar, agar persepsi tentang kegiatan belajar-mengajar tersebut
masih segara dalam ingatan kedua belah pihak. Di dalam pertemuan ini dikaji
bersama data yang telah direkam dengan instrumen yang telah disepakati pada
tahap pertemuan awal.
BAB
III
KESIMPULAN
Supervisi
klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan
melalui siklus yang sistematis, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis
yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta
bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.[6]
Secara umum tujuan supervisi klinis untuk Menciptakan kesadaran guru
tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran,
Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah
yang muncul dalam proses pembelajaran, Membantu guru untuk dapat menemukan cara
pemecahan maslah yang ditemukan dalam proses pembelajaran, dan Membantu guru
untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Walid, M. Supervisi Pendidikan.
Jember : CV. Salsabila Putra Pratama, 2012.
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi Dan
Supervisi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
Mastuhu, M. Sistem Pendidikan Nasional
Visioner. Jakarta : PT. Lentera Hati, 2007.
Mulyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan
“sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan
di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
file:///http:/ /JS. Sukardjo personal
weblog » Blog Archive » Pengertian, Prinsip supervisi Pendidikan.
file:///http:/
/Documents/konsep-supervisi-klinis.html.
[1]
M. Walid, Supervisi Pendidikan (Jember : CV. Salsabila Putra Pratama
,2012), hal 1.
[2] M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi
Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal 76.
[3] M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi
Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal 90.
[4] M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi
Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal 90.
[5] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hal 3.
[6]
M. Walid, Supervisi Pendidikan (Morris L. Cogan, Clinical Supervision) , (Jember : CV.
Salsabila Putra Pratama ,2012), hal 18.
alhamdulillah sangat membantu sekali proposal yang dibuat dalam menjalankan supervisi kepada guru-guru disekolah
BalasHapus