Jumat, 16 November 2012

Manajemenn dalam Supervisi Pendidikan Model Klinis


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, perkataan supervisi belum begitu populer. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang orang lebih mengenal kata “inspeksi” daripada supervisi. Pengertian “inspeksi” sebagai warisan Belanda dulu, cenderung kepada pengawasan yang bersifat otokratis, yang berarti mencari kesalahan-kesalahan guru dan kemudian menghukumnya. Sedangkan supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis.
Dalam pelaksanaannya supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru atau pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar-mengajar. Jadi dalam kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutitsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.
B.  Rumusan Masalah
1.    Pengertian Supervisi Klinis
2.    Tujuan Supervisi Klinis
3.    Ciri-ciri Supervisi Klinis
4.    Prinsip-prinsip Supervisi Klinis
5.    Tahap-tahap Supervisi klinis



BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Supervisi Klinis
Istilah supervisi berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua akar kata, yaitu super yang artinya “di atas” dan vision mempunyai arti “melihat”, maka secara keseluruhan  supervisi diartikan sebagai “melihat dari atas”[1]. Dengan pengertian itulah maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah sebagai pejabat yang berkedudukan di atas atau lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru.
Jadi supervisi mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.
Dengan kata lain supervisi ialah “suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”[2].
Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini   meliputi perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajar  yang nyata.
Supervisi klinis adalah suatu bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada calon guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematik dalam perencanaannya, observasi yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian balikan dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata, untuk meningkatkan ketrampilan mengajar dan sikap profesional calon guru itu. Melalui latihan mengajar dengan supervisi klinis tersebut (calon) guru dibantu mengembangkan dirinya agar kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dan tingkah laku mengajar yang ideal makin lama makin mengecil.
Rendah dan terpuruknya sistem pendidikan kita dewasa ini sudah sama-sama kita maklumi. Demokrasi pendidikan, keterbukaan, desentralisasi, otonomisasi, dan sebagainya dalam , menyelenggarakan pendidikan secara resmi dan normatif sudah pula kita sosialisasikan secara meluas. Tampaknya, lagi-lagi demokrasi tidak dapat berlaku dalam masyarakat yang budaya akademiknya masih rendah (masih ketinggalan) dan sumber daya manusia (SDM) nya belum berpendidikan tinggi
Dari segi lain, meskipun di dalam supervisi klinis ini dipergunakan kata “Klinis”, tidaklah dimaksudkan hanya terbatas pada usaha perbaikan atau remedi terhadap kekurangan atau kesalahan calon guru saja dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Supervis klinis bertujuan membimbing mahasiswa calon guru membentuk berbagai ketrampilan mengajar, menyempurnakan berbagai kekurangan-kekurangan serta mengembangkan ketrampilan mengajar itu selanjutnya.
Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai berikut “Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional. [3]
Keith Acheson dan Meredith D.Gall, mengemukakan bahwa “ Supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal”.[4]
Supervisi dipergunakan untuk sebuah lembaga pendidikan. Sebgaimana kit a ketahui pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi yang hidup mempengaruhi pertumbuhan individu.[5]
Jika dikaji berdasarkan istilah dalam “klinis”, mengandung makna: (1) Pengobatan (klinis) dan (2) Siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang. Oleh karena itu makna yang terkandung dalam istilah klinis merujuk pada unsur-unsur khusus, sebagai berikut:
1.    Adanya hubungan tatap muka antara pengawas dan guru didalam proses supervisi.
2.    Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya didalam kelas.
3.    Adanya observasi secara cermat.
4.    Deskripsi pada observasi secara rinci.
5.    Pengawas dan guru bersama-sama menilai penampilan guru.
6.    Fokus observasi sesuai dengan permintaan kebutuhan guru.
Supervisor bertugas untuk memberikan motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi
Di dalam supervisi klinis, bimbingan diberikan atas prakarsa calon guru, diobservasi dan dianalisis bersama untuk menemukan cara-cara yang tepat untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang masih ada dalam suatu ketrampilan mengajar yang dilatihkan itu, untuk dilatihkan berikutnya, dan seterusnya. Pengertian Klinis” di dalam supervisi klinis, menekankan bahwa bimbingan itu antara lain :
1)       Dilaksanakan dalam suatu hubungan tatap muka antara supervisor dan calon guru yang intim dan terbuka.
2)       Terpusat pada kebutuhan / kesatuan (concern) calon guru.
3)       Observasi dilakukan secara langsung dan cermat.
4)       Data observasi terpusat pada tingkah laku calon guru sewaktu mengajar dan dideskripsikan secara rinci.
5)       Analisis dan interpretasi data hasil observasi dilakukan secara bersama, serta  berlangsung sebagai pemberian bantuan, bukannya instruksi.
B.  Tujuan Supervisi Klinis
Mengajar merupakan suatu pekerjaan yang rumit dan kompleks, utamanya bagi seorang mahasiswa calon guru. Pada latihan mengajar, perhatian calon guru harus tertuju pada dua hal, yakni (1) agar murid yang diajarkannya itu memang belajar sesuatu, dan (2) calon guru itu sendiri sedang belajar-mengajar. Ada dua macam tujuan supervisi klinis yaitu : 
1.    Tujuan umum
Secara umum Supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas. Dalam masalah ini supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan professional guru.
2.    Tujuan khusus
Secara khusus Supervisi klinis bertujuan untuk:
1)   Menyediakan suatu balikan yang objektif dalam kegiatan mengajar yang dilakuakan guru dengan berfokus terhadap kesadaran dan kepercayaan diri dalam mengajar serta keterampilan-keterampilan dasar mengajar yang diperlukan.
2)   Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran.
3)   Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi-strategi pembelajaran.
4)   Membantu guru mengembangkan diri secara terus menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.
C.  Ciri-ciri Supervisi Klinis
1.    Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan perintah atau instruksi.
2.    Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon guru  yang akan disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor.
3.    Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai keterampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada beberapa keterampilan tertentu saja.
4.    Instrument supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dan guru berdasarkan kontrak.


5.    Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif (sesuai dengan data yang direkam oleh instrument observasi).
6.    Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan balikan guru/calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya.
7.    Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah dan mengarahkan.
8.    Supervisi berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.
9.    Supervisi berlangsung dalam siklus yang meliputi perencanaan, observasi, dan diskusi/pertemuan balikan.
10.                   Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan ketrampilan mengajar, di pihak lain dipakai dalam konteks pendidikan prajabatan maupun dalam jabatan (preservice dan inservice education).
D.  Prinsip-prinsip Supervisi Klinis
Terdapat sejumlah prinsip umum yang menjadi acuan di dalam pelaksanaan supervisi klinis, yang menjadi pedoman baik bagi supervisor maupun mahasiswa calon guru. Beberapa prinsip umum yang menjadi landasan supervisi klinis tersebut diantaranya:
1.    Hubungan antara supervisor dan calon guru adalah hubungan kolegial yang sederajat dan interaktif. Dengan hubungan kolegial antara tenaga profesional yang lebih berpengalaman dan yang kurang berpengalaman memungkinkan suatu dialog yang interaktif dalam suatu suasana yang intim dan terbuka, dan bukannya hanya pengarahan atau instruksi dari supervisor saja.
2.    Pertemuan/diskusi antara supervisor dan calon guru adalah permusyawaratan yang demokratik, baik pada perencanaan latihan maupun pada pengkajian balikan dan tindak lanjut. Suasana demokratik itu dapat terwujud kalau kedua belah pihak dengan bebas mengemukakan pendapat dan tidak mendominasi pembicaraan, serta memiliki sifat keterbukaan untuk mengkaji semua pendapat yang dikemukakan di dalam pertemuan tersebut, dan pada akhimya keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama pula.
3.    Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi mahasiswa calon guru, serta tetap berada di dalam kawasan (ruang lingkup) tingkah laku guru dalam mengajar di dorong aktual. Dengan prinsip ini, mahasiswa calon guru didorong untuk menganalisis kebutuhan dan aspirasinya di dalam uasaha mengembangkan dirinya.
4.    Pengkajian balikan dilakukan berdasarkan data observasi yang cermat yang didasarkan atas kontrak, serta dilaksanakan dengan segera. Dan hasil analisis balikan itulah ditetapkan rencana selanjutnya.
5.    Mengutamakan prakarsa dan tanggung jawab mahasiswa calon guru baik pada tahap perencanaan, pengkajian balikan, bahkan pengambilan keputusan dan tindak lanjut. Dengan mengalihkan sedini mungkin prakarsa dan tanggung jawab itu ke tangan mahasiswa calon guru diharapkan pada gilirannya kelak di lapangan akan tetap mengambil prakarsa untuk mengembangkan dirinya.
E.   Tahap-Tahap Suipervisi Klinis
Langkah-langkah dalam supervisi klinis melalui tiga tahap pelaksanaan sebagai berikut :
1.    Pertemuan awal (tahap awal supervisi klinis)
Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah menciptakan suasana yang intim dan terbuka, mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran, menentukan fokus obsevasi, menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan menentukan teknik pelaksanaan obeservasi. Suatu komunikasi yang efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap ini guna mengikat supervisor dan guru sebagai mitra didalam suasana kerja sama yang harmonis. Melalui percakapan awal ini guru mengharapkan agar supervisor sendiri melihat situasi pada saat dia mengajar.
2.    Observasi
Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: harus luwes tidak mengganggu proses pembelajaran, tidak bersifat menilai, mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan menentukan teknik pelaksanaan observasi. Kunjungan dan observasi yang dilaksanakan supervisor bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sebenarnya. Manfaat observasi tersebut antara lain dapat Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut serta dapat Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran
3.    Pertemuan Terakhir (tahap akhir supervisi klinis)
Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: memberi penguatan; mengulas kembali tujuan pembelajaran; mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, mengkaji data hasil pengamatan, tidak bersifat menyalahkan, data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, penyimpulan, hindari saran secara langsung, dan merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan. Pertemuan yang harus dilakukan dengan segera sesudah latihan mengajar, agar persepsi tentang kegiatan belajar-mengajar tersebut masih segara dalam ingatan kedua belah pihak. Di dalam pertemuan ini dikaji bersama data yang telah direkam dengan instrumen yang telah disepakati pada tahap pertemuan awal.

BAB III
KESIMPULAN
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematis, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.[6]
Secara umum tujuan supervisi klinis untuk Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran, Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran, Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran, Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah yang ditemukan dalam proses pembelajaran, dan Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.









DAFTAR PUSTAKA
Walid, M. Supervisi Pendidikan. Jember : CV. Salsabila Putra Pratama, 2012.
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
Mastuhu, M. Sistem Pendidikan Nasional Visioner. Jakarta : PT. Lentera Hati, 2007.
Mulyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan “sebuah studi awal tentang dasar-dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
file:///http:/ /JS. Sukardjo personal weblog » Blog Archive » Pengertian, Prinsip supervisi Pendidikan.
file:///http:/ /Documents/konsep-supervisi-klinis.html.


[1] M. Walid, Supervisi Pendidikan (Jember : CV. Salsabila Putra Pratama ,2012), hal 1.
[2] M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal 76.
[3] M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal 90.
[4] M. Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal 90.
[5] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal 3.
[6] M. Walid, Supervisi Pendidikan (Morris L. Cogan, Clinical Supervision) , (Jember : CV. Salsabila Putra Pratama ,2012), hal 18.

1 komentar:

  1. alhamdulillah sangat membantu sekali proposal yang dibuat dalam menjalankan supervisi kepada guru-guru disekolah

    BalasHapus